Pada suatu malam, saya bersama dua teman saya yang berasal dari Makasar sedang berjalan menuju ke Jayapura. Kami baru pulang dari ambil kayu balok di Genyem.
Saat kami jalan, teman yang adalah orang Makasar yang memang lahir dan besar di Timika itu bercakap-cakap dengan saya. Saya sendiri tidak tahu betul kondisi di Jayapura, jadi saya minta dia antar saya langsung dari tempat penjualan kayu menuju ke salah satu hotel di Jayapura.
Mereka berdua tanya, “Sobat, nanti malam ko tidur sendiri, perlu teman ka?” Saya jawab, “Kalian bisa tidur sama-sama to? Atau maksudnya teman perempuan?” Mereka jawab, “Sudah tahu baru tanya lagi.” Saya bilang mereka, “Kalau tau carikan to?”
Mereka dua langsung, masih di Sentani juga, singgal di salah satu tempat penjualan pinang di Jalan Kemiri, Sentani, Jayapura. Saya kaget karena saya pikir mereka berdua mau beli pinang. Atau mereka mau belikan pinang buat saya? Saya bilang, “Saya tidak makan pinang, sobat!” Mereka dua balas, “Bukan ini pinang kaki dua yang kami mau beli, bukan pinang batang satu. Dua-dua makan mentah, dua-dua badarah, tapi yang satunya berkaki satu dan satunya berkaki dua. Yang dijual di sini kaki satu dan kaki dua juga.”
Mendengar itu, saya menjadi takut dan gementar, jantung berdebar. Mereka berhenti begitu saja, lalu mereka memberikan kode, “Naik ke mobil.” Mereka lihat kami bertiga, jadi, cewek penjual pinang itu bilang, “Eh, saya panggil teman lagi e?” Lalu teman Makasar ini bilang, “Tidak usah, ko saja, macam baru kenal saaja. Nanti ko pulang besok, kami antar, cepat sudah.”
Begitu dia naik, ternyata dia masih bisa mengenal saya, dia bilang, “Eh, kakak dari Timika ka?” Saya jawab, “Ya!, tahu dari siapa atau dari mana?” Dia jawab, macam saya pernah lihat di Hotel Sheraton Timika. Ooooooooooh, rupanya cewek ini sering dibawa ke sana juga.
Setelah melaju ke Abepura, kedua teman Makassar ini tiba lagi di depan Mall Besar di Abepura, saya lupa namanya, di Kali Acai itu. Di depan itu, persis depan Bank BNI pu ATM itu, ada penjual pinang juga. Kedua teman Makassar ini berhenti di situ. Lalu memberikan kode kepada dua orang perempuan Papua di situ juga. Kali ini mereka bersama dua orang lelaki, dan seorang perempuan yang usianya sudah tua. Rupanya perempuan tua ini berpura-pura jadi orang tua penjualan pinang berkaki satu, padahal ia mama dari penjualan pinang berkaki dua.
Perempuan dua itu naik lagi. Kami terus lanjut ke Jayapura, sampai ke Papua Trade Centre dan ketiga perempuan dan kedua teman Makassar itu pulang pagi juga.
Balas