Di Kampus Uncen, Ada Mahasiswi Sundal Kelas Kakap, Harga Rp.3 Juta-an

Sobat-sobit, orang Papua yang saya hormati. Setelah beberapa hari saya tinggal di Papua, selama kunjungan kerja, saya disuguhkan oleh seorang teman, yang bekerja di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Provinsi Papua.

Dia bilang, “Teman, sebagai penghargaan atas kunjungan kepada kami, kami tidak bisa berbuat banyak, selain dari ini.” Pada saat dia ucapkan kata “Ini!”, dia langsung tunjuk foto-foto para mahasiswi penjilat pria itu kepada saya.

Jumlah perempuan dalam gambar itu adalah 26 orang, ada yang orang gunung atau istilah dia “Mbingga”, tetapi ada juga kata dia “Gabus” dan “Cakalan”, juga ada “Kladi”. Saya tanyakan arti kata-kata aneh ini, ia bilang, “Kalau gabus itu berasal dari Sentani,  kalau Kladi itu dari Genyem, Cakalan dari Biak-Serui-Manokwari, kalau Mbingga itu berarti perempuan dari gunung, dari suku Lani, Amungme, Nduga, Ngalik, Yali, dan sebagainya, pokoknya dari pegunungan Papua.

Lalu saya tanyakan  harganya. Dia bilang, “Ah teman tidak usah bayar, nanti kami kondisikan. Mau satu ka, dua ka atau berapa banyak maunya? Biasanya sih di sini mereka tagih paling minima 3 juga rupiah, tetapi deman tidak usah takut untuk itu. Kami sudah tanggulangi.”

Saya lalu tanya, “Berapa lama kami harus tunggu?” Dia bilang, “Wah, itu kapan saja bisa, pagi, siang, sore, malam, malam buta, pagi buta, semua bisa. Asal teman mau. Duit itu raja, teman. Kami tinggal telepon saja.”

Saya tanyakan lagi, “Siapa yang kelola ini?” Dia jawab, “Wah teman, tanya seperti intel saja. Tapi teman jadi begini. Yang tangani itu mahasiswi sendiri, mereka yang organisir diri, mereka yang jual diri. Tapi tidak sembarang, kita harus tangkap satu baru mudah masuk ke dalam.”

Cerita berlanjut……………