Tagged: pelanggan seks Toggle Comment Threads | Pintasan Keyboard

  • sundalpapua 4:36 pm on April 10, 2014 Permalink | Balas
    Tags: , pelanggan seks, semarang   

    Gadis Bermotor”, Modus Baru PSK Semarang 

    Hindari Kejaran Aparat, Tarif pun Jadi Meningkat

    Belakangan ini, pekerja seks komersial (PSK) bermotor kian marak di Semarang. Siapa mereka, serta bagaimana modus operandinya? Wartawan Suara Merdeka Adi Prianggoro dan Garna Raditya melakukan penelusuran.

    LEPAS tengah malam, Semarang baru terbebas dari hujan. Udara masih terasa dingin, jalanan yang basah pun terlihat lengang. Di tengah suasana yang lebih enak untuk tidur itu, sejumlah perempuan muda bergerombol di tepi Jalan Pandanaran. Mereka asyik ngobrol sembari duduk di atas sadel sepeda motor jenis matic. Ada yang sendiri, ada yang berboncengan. Meski berhenti, perempuan-perempuan berusia antara 18 hingga 30 tahun itu membiarkan mesin dan lampu kendaraannya menyala.

    Mereka berpenampilan modis: wajah berbalut make up serta membungkus tubuh dengan tank top, jaket, kaus ketat, celana hipster atau rok mini. Beberapa mengisap rokok. Sekilas, mereka tampak seperti gadis-gadis yang baru budhal dari tempat hiburan malam. Yang sebelum pulang ke rumah, menyempatkan diri menghirup udara segar di tepi jalan. Dari jarak sekitar 200 meter, dalam temaram lampu jalan, kami amati mereka diam-diam.

    Gadis-gadis itu masih terus berbincang. Tawa lepas sesekali terdengar di sesela obrolan. Satu hal yang pasti, mereka selalu membunyikan klakson jika ada sepeda motor atau mobil yang lewat.

    Beberapa pengendara laki-laki merespons dengan memperlambat dan menghentikan laju kendaraannya. Setelah mengobrol singkat, si gadis meninggalkan tempat, dan sang lelaki mengikutinya dari belakang.

    Di kalangan ’’penghayat’’ kehidupan malam, perempuan-perempuan itu dikenal dengan sebutan “gadis bermotor”. Mereka bukan pengunjung yang baru pulang dari tempat hiburan malam, melainkan PSK yang tengah menunggu mangsa. Disebut “gadis bermotor” karena saat beroperasi selalu menggunakan peranti sepeda motor.

    Sekian lama melakukan pengamatan, kami pun menyambangi “gadis bermotor”. Seperti yang sudah-sudah, mereka menyambut dengan lengkingan suara klakson. Kendaraan kami parkir beberapa meter dari tempat mereka mangkal. Seorang gadis berambut panjang dengan tubuh semampai dengan cekatan menghampiri kami. ’’Mau cari cewek, Mas? Kalau mau Rp 200 ribu sudah termasuk tarif kamar,’’ ucapnya tanpa basi-basi.

    Karena terlampau mahal, kami mencoba menawar. ’’Wah, kok mahal sih, Mbak. Gimana kalau Rp 150 ribu?’’ ujar kami terbata-bata karena sebelumnya belum pernah sekali pun bertransaksi dengan PSK.

    Harga Perkenalan

    Diam sejenak, si gadis menyapukan pandangan matanya ke arah kami, dari ujung rambut hingga ujung kaki. ’’Ya wis ndak papalah, itung-itung harga perkenalan. Kalau gitu Mas sekarang ikut saya,’’ kata si rambut panjang sembari menyebut nama sebuah “hotel kresek” di Semarang Utara.

    Perempuan itu melajukan kendaraannya cukup kencang dan kami segera mengekor di belakang. Sampai di tujuan, ia langsung menyorongkan uang Rp 30 ribu kepada resepsionis. Itu uang sewa kamar short time dengan fasilitas kamar mandi di dalam ruangan.

    Pergerakannya yang thas-thes, menunjukkan kalau ia biasa menggunakan tempat itu. Seorang pegawai hotel menyapanya dengan nada bercanda: ’’Wah, dapat pelanggan banyak ya, Mbak?’’

    Setelah menerima kunci, kami pun bergegas menuju ke kamar. Ruang berukuran sekitar 3×3 meter persegi itu terasa pengap. Kasurnya tak rapi-rapi amat, seprai dan bantalnya lusuh dan kusam. Naga-naganya, kamar ini baru saja dipakai kencan oleh pasangan lain. Tapi, si “gadis bermotor” tak mempermasalahkan. Sampai di dalam kamar, ia langsung mengunci pintu dan astaga, buru-buru melucuti pakaian. “Ayo, Mas, buruan,” ujarnya merajuk.

    Melihat gelagat itu, kami berusaha meyakinkan, kalau kesepakatan tetap berlaku. Uang tarif ditambah tips kami serahkan, dan ia pun kembali tenang. Kesempatan berbincang-bincang kami manfaatkan sebaik-baiknya untuk menggali informasi yang dibutuhkan.

    *****
    Lebih Bebas dan Terlihat Cukup Berkelas

    BUNYI decit dipan sesekali terdengar disertai suara desahan dari kamar-kamar lain memecah keheningan malam itu.

    Perbincangan dengan seorang ’’gadis bermotor’’, sebut saja Nani, masih berlangsung intim di sebuah kamar di hotel di daerah Semarang Utara. Kami terpaksa berbohong dengan mengatakan tiba-tiba kehilangan mood lantaran suasana kamar tidak mendukung.

    Nani mengisahkan, ia memilih bergabung dengan PSK bermotor yang biasa mangkal di Jalan Pandanaran dengan alasan keselamatan. Dengan sepeda motor, perempuan berparas manis itu bisa menghindari kejaran aparat. Selain itu, ia juga leluasa berkeliling untuk menjaring lelaki hidung belang.

    “Coba kalau jalan kaki, kalau ada operasi gampang digaruk. Dengan mengendarai motor, saya bisa mengelabui petugas,” ujar Nani, sambil menarik selimut untuk menutup bagian sensitif dari tubuhnya.

    Ada keuntungan lain yang diperoleh Nani yang menggunakan sepeda motor saat beroperasi. Apakah itu? Tarif yang tinggi. Ya, dengan kata lain, sepeda motor jenis matic relatif baru yang ia kendarai dapat menaikkan harga pasaran.

    “Penampilan saya jadi tambah keren, kayak anak-anak gaul zaman sekarang. Saya nggak ragu menggaet orang bermobil. Sebaliknya, konsumen pun tak merasa rugi membayar tinggi. Saya biasa buka dasaran dengan tarif Rp 200 ribu sampai Rp Rp 250 ribu,” tuturnya.

    Ia menceritakan, sebelumnya pernah ’’bekerja’’ di komplek Resosialisasi Argorejo atau lebih populer dengan sebutan Lokalisasi Sunan Kuning (SK). Ia juga pernah beroperasi di kompleks JBL (Gambilangu—Red), Kaliwungu, Kendal.

    Bekerja di kompleks lokalisasi, menurut Nani, banyak aturannya dan harus nurut dengan mami alias sang mucikari.

    ’’Kalau di sana (lokalisasi—Red) ada peraturan saya datang dan pulang jam berapa. Tapi kalau di jalan dengan naik sepeda motor, saya bisa datang jam dan hari apa pun, terserah saya,’’ ucapnya lugas, seraya memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai.

    Kami pun tak bisa menahan Nani lebih lama lagi. Ia beralasan harus kembali mengitari jalan untuk menjaring pelanggan lain.

    Tanpa basi-basi, perempuan asal Kaliwungu, Kendal, itu pun keluar dari kamar dan membiarkan kami terbengong-bengong di atas kasur.

    Untuk menelisik lebih jauh bagaimana lika-liku gadis bermotor ini, kami lantas ’’menggaet’’ salah seorang di antara mereka dari Jl Imam Bonjol.

    Sebelumnya di sana memang sudah menjadi lokasi prosititusi liar, namun akhir-akhir ini mulai banyak bermunculan gadis bermotor. Meski demikian, tarif gadis bermotor di Jl Imam Bonjol lebih murah jika dibandingkan dengan Jl Pandanaran.

    Sebut saja namanya Gendhis, seorang ’’gadis bermotor’’ yang beroperasi di sepanjang Jl Imam Bonjol.

    Ibu berusia 32 tahun yang mempunyai seorang anak ini ’’mengajak’’ kami masuk ke sebuah hotel lain, juga di daerah Semarang Utara.
    Beroperasi dengan naik sepeda motor, bagi Gendhis, terlihat lebih keren ketimbang teman-temannya yang hanya nongkrong di sepanjang Jl Imam Bonjol.

    ’’Saya pakai sepeda motor setahun belakangan. Selain aman dari razia, juga gampang mendapatkan pelanggan karena lebih terlihat berkelas dibandingkan mereka (PSK lain-Red) yang berdiri di tepi jalan,’’ ucapnya.

    Lindungi Diri

    Kordinator Lapangan Nonlokalisasi Griya ASA, Afif Iriawan mengatakan, para PSK yang menggunakan motor tersebut sebagai upaya untuk melindungi dirinya dari razia, diperkirakan terdapat 90 orang.

    ’’Tiap kali razia dilakukan, para PSK tersebut menggunakan motor untuk melarikan diri dan panik. Satpol PP lebih memilih tidak mengejarnya karena untuk menghindari kecelakaan yang seringkali terjadi,’’ ujarnya.

    Modus itu dianggap berhasil dan menjadi tren menggunakan motor kian marak. ’’Modus ini muncul pada 2006 dan justru diawali memakai kendaraan pria yang bisa berlari kencang. Namun karena dirasa kurang trendi, maka mereka mulai memakai sepeda motor jenis matic,’’ katanya.

    Keberadaan para gadis bermotor ini, menurut sejumlah sumber, mulai muncul sejak warung-warung teh poci di sekitar Lapangan Simpanglima digusur.
    Kedai teh poci ini sejatinya adalah hanya kedok semata. Tempat tersebut digunakan para PSK untuk mencari rejeki ’’menemani’’ lelaki. Perempuan-perempuan yang nongkrong di situ acap disebut ciblek, atau kepanjangan dari ’’cilik-cilik betah melek’’.

    Nah, sejak keberadaan kedai poci itu digusur para ciblek ini seperti kehilangan lahan. Mereka pun kembali turun ke jalan di sekitar Kawasan Simpanglima.
    Namun lantaran beberapa kali terjaring razia, mereka lantas mulai beroperasi dengan mengendarai sepeda motor.

    Kepala Satpol PP Kota Semarang, Tri Supriyanto, melalui Kabid Operasi, Sumarjo mengatakan, pihaknya telah memantau dan merazia para ’’gadis bermotor’’ ini. Sebelum menggelar razia, petugas berpakaian preman diterjunkan untuk melakukan identifikasi terlebih dahulu.

    ’’Petugas bahkan menggunakan mobil plat hitam dan sepeda motor untuk menangkap PSK bermotor. Mereka biasa nongkrong di atas pukul 00.00 dan kami telah mengantongi ciri-ciri khusus untuk mengidentifikasi PSK bermotor,’’ kata Sumarjo. (****)

    Source: http://harubiru.blogspot.com/

     
  • sundalpapua 4:39 pm on February 6, 2013 Permalink | Balas
    Tags: manado, pelanggan seks, ,   

    Pengakuan Ayam Abu-abu Sulut, Sering Dihubungi Pejabat Daerah 

    Fenomena Ayam Putih Abu-abu di Sulawesi Utara (Sulut)dari hari ke hari makin menggairahkan. Keseimbangan supply dan demand membuat penyakit masyarakat ini tambah eksis. Para pelanggannya berasal dari berbagai kalangan, bahkan sampai ke jajaran pejabat daerah. Investigasi wartawan Manado Post yang dilakukan Selasa (28/8) terhadap salah sorang Ayam Putih Abu-abu sedikit mengungkap cukup banyak hal. Dari modus-modus transaksi Ayam Putih Abu-abu sampai ke para relasinya.

    Melati (nama samaran), siswi kelas 2 di salah satu SMA di kawasan Teling telah duduk manis di salah satu cafe di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Boulevard. Siswi berparas cantik ini diketahui salah satu Ayam Putih Abu-abu teman sekelasnya, teman salah satu tim investigasi Manado Post. Dari temannya itu diperoleh informasi kalau Melati akan melakukan transaksi terlarang dengan pria hidup belang.

    Sore itu, sekira pukul 16.00, dengan rambut hitam indah terurai sebahu dan kulit putih bersinyah, ia duduk sendiri di sudut cafe tersebut. Sesekali ia mengambil HP BlackBerry dari dalam tas, sambil matanya jelalatan kanan kiri. Berjarak sekira 5 meter dari tempat duduknya, wangi parfum Melati sesekali tercium begitu wangi menggoda. Dengan pakaian yang modis dan agak seksi, keberadaannya pun menjadi perhatian siapapun di tempat itu.

    Sekira 15 menit kemudian, datang dua sahabatnya, gadis-gadis yang tak kalah cantik dan berpenampilan modis. Ketiganya Cipika Cipiki kegirangan saat bersua. Ternyata mereka kegirangan karena berhasil mencari alasan untuk keluar rumah. Mengelabui orang tua dengan berbagai alasan untuk mencari tamu.

    Seperti sempat terekam dari percakapan mereka. Terdengar salah satu di antaranya mengatakan, ia pamit kepada orang tua untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di rumah teman. Dari rumah berpakaian apa adanya, lalu berganti baju agak seksi dan berdandan sedikit menor di rumah teman.

    Saat ketiganya sedang larut dalam kegirangan, BlackBerry Melati berdering. Ia lalu mengangkatnya sambil menunjukkan layar Ponsel kepada ke dua rekannya. Melati mengangkatnya dengan mode speaker yang diperkecil. Ketiganya saling mendekatkan kuping, sama-sama mendengarkan percakapan Melati dengan si penelepon.

    Setelah menutup telepon, ketiganya tampak siaga, agak gelisah seperti menunggu seseorang. Sampai di cafe tersebut masuk tiga orang pria berusia sekira 40-50-an. Kedua pria berpenampilan mentereng itu duduk di meja yang bersebelahan dengan para ABG tadi.

    Awalnya, antara ke dua meja bersebelahan itu tampak tak saling kenal.

    Namun, lama kelamaan tampak terjadi percakapan dengan bahasa sandi antara Melati dengan salah seorang pria. Melati lebih dulu memberikan sinyal dengan menatap ke arah dua rekannya lalu melihat ke arah si pria. Di samping meja, si pria lalu mengangkat jempol kanan memberikan tanda OK terhadap penampilan para gadis.

    Para pria itu tak duduk lama. Hanya memesan minum lalu beranjak sekira 15 menit dari cafe tersebut. Namun, saat akan keluar dan melewati para gadis, sebuah tisu tampak diselipkan salah seorang pria ke meja Melati Cs. Melati lalu membuka tisu itu. Ternyata di dalamnya beberapa lembar uang untuk membayar makan dan minum di cafe. Rekan Melati lalu mengambil tisu itu dan tampak menyalin sebuah nomor Ponsel. Rupanya, si pria meninggalkan memo dan nomor Ponsel di tisu tersebut.

    Tak lama berselang, Melati Cs juga beranjak. Namun, ketiganya berjalan terpisah berjarak sekira 5 meter satu sama lain. Rupanya memo itu berisi pesan yang mengatur skenario terlarang mereka. Biasanya, berisi nomor Ponsel atau nama hotel serta nomor kamar yang sudah booking.

    Mereka menuju ke tempat parkir pusat perbelanjaan tersebut. Dari kejauhan terlihat ketiganya di jemput tiga mobil berbeda. Tim investigasi lalu bergegas dan berhasil membuntuti dua mobil. Satunya lagi telah lebih dulu menghilang. Tim berpencar, yang satu mengikuti Mobil Toyota Fortuner ke arah Pusat Kota dan mengarah ke Jalan Jenderal Sudirman. Sampai tiba di depan sebuah hotel berbintang di ruas Jalan tersebut, mobil berwarna putih itu banting setir dan masuk ke basement.

    Si gadis lalu turun duluan dan langsung masuk lift. Lalu disusul si pria yang tampak tegang dan berjalan penuh rasa khawatir. Keduanya berdiri di depan lift pura-pura tak saling kenal. Sampai lift lalu terbuka dan keduanya masuk menuju kamar hotel.

    Dari hasil investigasi tim terhadap para pria hidung belang, diketahui hotel itu memang menjadi tempat favorit. Dari basement yang tersembunyi, tamu langsung ke kamar tanpa terlihat banyak orang di lobi hotel.

    Sementara, dari mobil satu lagi yang berhasil dibuntuti, tim mendapatinya menuju sebuah kawasan perumahan elit di Manado. Rumah yang tampak sepi dan tak berpenghuni. Si pria sendiri yang membuka gembok pintu saat tiba di depan ruman. Rupanya, itu rumah sewaan atau memang dibeli dan dipersiapkan untuk bisa enjoy dengan para wanitanya.

    Kembali ke hotel, sekira pukul 20.00, si gadis tampak keluar di basement dari hotel tanpa si pria. Ia dijemput sebuah mobil Honda Jazz yang tampak masih baru. Di dalamnya ternyata si
    Melati yang membawa mobilnya. Dari sana, mereka menuju ke pusat perbelanjaan tadi.

    Masuk ke parkiran pusat perbelanjaan, Melati dan temannya tak turun dari mobil. Mereka menunggu di dalam sampai mobil lain yang membawa teman mereka ke perumahan elit tadi datang. Mobil si pria diparkir tepat di samping Honda Jazz Melati. Rekan Melati lalu turun dari mobil dan berpindah mobil. Tak lama berselang, ke dua mobil itu keluar dan berpisah. Seperti itulah sebagian modus transaksi terlarang Ayam Putih Abu-abu.

    Menariknya, dari gambar yang berhasil diambil diam-diam dari ketiga pria tadi, belakangan diketahui mereka adalah pejabat di salah satu kabupaten/kota di Sulut. Itu mungkin sudah biasa. Karena dari sejumlah Ayam Putih Abu-abu yang berasil dimintai keterangan, mereka mengaku memang sering melayani pejabat. Bahkan sampai ke bupati/wali kota.

    “Tapi kepala daerah di luar Manado. Jadi kalau tugas luar ke Manado pejabat meminta kami menemani istirahat sejenak mereka di hotel,” katanya. Ia menyebutkan, para pejabat itu terdiri dari para petinggi eksekutif sampai ke legislatif. “Kontraktor, pengusaha tua dan muda semua kami layani juga. Sering pejabat datang bersama mereka,” aku salah satu siswi SMA di Manado. Bahkan, ada yang sudah menjadi langganan tetap dan selalu mengontak Ayam Putih Abu-abu tiap kali ke Manado.

    Dari sekali melayani kelas pejabat tersebut, mereka bisa mendapatkan bayaran mulai dari Rp3 juta sampai Rp15 juta. Tergantung nego dan penampilan si gadis. Kalau di mata pria hidung belang sangat cantik pastinya bayarannya lebih mahal. Tinggi rendahnya bayaran juga tergantung berapa kali main atau lamanya waktu ditemani. Semalam suntuk bisa sampai Rp15 juta.

    Sangat disayangkan bila memang pernyataannya soal para pejabat itu benar. Harusnya pejabat yang adalah pengayom masyarakat memberikan teladan yang baik. Bukannya merusak para siswi Ayam Putih abu-abu yang juga genarasi muda harapan bangsa.

    Hal itu dibenarkan Wakil Ketua Dewan Kota (Dekot) Bitung Ir Maurits Mantiri. Menurutnya, eksistensi Ayam Putih Abu-abu tak lain karena para pejabat ikut mengkonsumsinya. Karena ketagihan mendapatkan uang banyak, para siswi makin terjerumus ke lembah dosa. “Dan penyakit ini menular ke teman-teman sekolah para siswi itu,” sesal Mantiri kepada wartawan Manado Post, Selasa (28/8) kemarin.

    Terkait penyakit sosial itu, psikolog…. mengatakan, masalah prostitusi remaja ini sangat kompleks dan tidak sederhana. Dijelaskannya, secara umum, anak remaja ada dalam fase mencari identitas yang sangat krusial sebagai landasan menuju masa dewasa. “Pada fase ini remaja akan menentukan nilai atau value yg dianut baik moral, religiusitas dan spiritualitas,” katanya.

    Ia mengatakan, penting dalam masa itu menanamkan sistem atau moral yang baik dan benar. Ditanamkan orang tua dan sistem pendidikan sejak dini di sekolah. “Bahwa nilai-nilai kesucian, kecantikan pribadi, kejujuran, kerja keras untuk sukses lebih tinggi dan luhur nilainya dari kekayaan, kecantikan fisik atau lahiriah serta kenikmatan sesaat,” tambahnya.(***)

    SUMBER: http://harubiru.blogspot.com/search?updated-max=2013-02-08T20:30:00%2B07:00&max-results=5

     
  • sundalpapua 2:11 pm on March 23, 2009 Permalink | Balas
    Tags: , pelanggan seks, , ,   

    KPAD: Seks Terselubung di Papua Melibatkan Oknum Pejabat 

    PAPUA | SURYA Online – Ketua Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Papua, drh Constan Karma minta generasi muda ikut memberantas seks terselubung yang akhir-akhir ini terus meningkat.

    Permintaan tersebut dikemukakan Constan, saat berbicara dalam acara dialog regional dan pelatihan kepemimpinan pemuda yang diselenggarakan Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Jayapura, bekerja sama dengan Kantor Menpora di Jayapura, Senin (23/3).

    Ia mengatakan, seks terselubung di Papua, khususnya di Jayapura, kini semakin meningkat dan merupakan salah satu penyebab meningkatnya penyebaran virus HIV/Aids, sehingga perlu segera diberantas. Transaksi seks terselubung ini, lanjut Constan, banyak dilakukan melalui telpon genggam (hp), sehingga sulit diketahui.

    Bahkan, dari hasil pemantauan KPAD Papua di Jayapura, seks terselubung itu dilakukan di hotel-hotel, tempat-tempat sepi di alam bebas dan melibatkan oknum-oknum pejabat, ujarnya.

    Menurut Constan, kondisi ini tidak boleh dibiarkan, tetapi perlu segera diambil langkah-langkah penertiban, karena selain merusak moral generasi muda juga merupakan penyebab meningkatnya penyebaran HIV/Aids di Papua. Untuk itu, ia meminta generasi muda di Papua, ikut membantu pihaknya dalam memberantas penyakit sosial masyarakat ini agar tidak terus berkembang.

    Kasus ini, tambah Constan, sudah dilaporkan pihaknya kepada Kapolda Papua untuk segera ditindak-lanjuti, guna mencegah penularan virus HIV/Aids di Papua yang setiap tahun perkembangannya sangat memprihatinkan.

    Ia juga mengatakan, pengidap HIV/Aids di Papua, kebanyakan adalah generasi muda yang berusia 20-26 tahun, menyusul para ibu rumah tangga yang ditularkan para suami.

    Constan menambahkan, jumlah pengidap HIV/Aids di Papua sampai 30 September 2008m, tercatat sebanyak 4.305 penderita yang tersebar di hampir semua kabupaten yang ada di provinsi itu.

    Dijelaskannya, semua pengidap HIV/Aids di Papua, banyak ditemukan di lokalisasi, tetapi sekarang, justru di lokalisasi semakin berkurang dan malah ibu rumah tangga yang lebih banyak terinveksi virus yang mematikan itu.

    Dalam waktu dekat KPAD Papua, akan melakukan kampanye anti HIV/Aids di atas kapal penumpang yang melayari seluruh kabupaten dan kota di Tanah Papua. ant

     
c
Compose new post
j
Next post/Next comment
k
Previous post/Previous comment
r
Balas
e
Edit
o
Show/Hide comments
t
Pergi ke atas
l
Go to login
h
Show/Hide help
shift + esc
Batal